Publikasi: 18/03/2003
09:24 WIB
eramuslim - Tak pernah kulihat
sebelumnya, kado secantik ini. Entah dari mana datangnya, aku tak peduli,
karena yang pasti kado itu akan menjadi milikku. Sungguh aku tak bisa bercerita
kepada Anda perasaan yang menderu saat pertama kali ditawari untuk menerima
kado tersebut. Seseorang dengan ikhlas sepenuh hati akan menyerahkannya
kepadaku, hari ini.
Melihat bungkusnya yang indah berwarna putih dengan motif
bunga-bunga kecil merah jambu, tak salah penilaianku, kado itu memang teramat
cantik. Yang kutahu, tidak hanya hari ini ianya berbungkus seindah itu, setiap
hari, setiap waktu, selalu terbungkus rapih. Isinya? Jangan pernah tanyakan
kepadaku, karena aku, juga orang lain tak pernah tahu apa dan bagaimana rupa
isinya. Jangankan tersentuh, terlihat pun tak. Terutama oleh orang-orang yang
memang terlarang untuk melihatnya. Seistimewa apakah kado itu? Sehingga tak
seorangpun pernah melihat kado cantik ini? Dan seistimewa apa diriku ini
sehingga seseorang berkenan mempercayakannya kepadaku?
Terbayang dari bungkusnya, yang setiap saat selalu terlihat rapi dan
terjaga dengan baik, yang tak tersentuh kecuali oleh yang berhak menyentuhnya,
aku yakin, isi dan rupa didalamnya, jauh lebih indah dari cantik bungkusnya.
Kumengerti, kalaulah kado itu mampu sedemikian cantiknya terjaga kulit luarnya,
bagaimana lagi aku meragukannya tak senantiasa diperindah rupa dalamnya, juga
inti terdalam dari semua isinya, yang sejujurnya, adalah hal terpenting dari
semua kecantikan sesuatu. Maaf, aku tak bisa mengajak Anda ikut membayangkan
indah rupa isinya, dan kalaupun aku tahu Anda mencoba melakukannya, sebaiknya
Anda berhadapan denganku. Kado tercantik itu milikku, akan kujaga ia dan takkan
kubiarkan orang lain ikut menikmatinya, meskipun sekedar membayangkan.
Ingin sekali kucari pita pembuka kado yang biasanya berwarna merah,
agar segera kusingkap isinya. Tapi satu hal mengganjalku, masih tersisa
beberapa saat agar aku benar-benar mendapatkan izin untuk membukanya. Bahkan,
lebih dari itu (sensor by redaksi). Harus kutunggu pemiliknya, yang
menjaganya, dan merawatnya selama ini benar-benar menyerahkannya kepadaku dalam
satu upacara sakral. Kenapa sedemikian sakral? Sesuatu yang cantik nan suci
harus diserahkan dalam koridor keagungan yang juga suci, itu jawabnya. Tak
apalah, sebagai satu jalan untuk tetap mensucikan diriku, juga kado cantik itu,
wajib kujalani upacara sakral itu.
Aku berjanji, setelah kuterima dalam kharibaanku kado tersebut, akan
kujaga, kurawat, kuperlakukan ianya agar tetap menjadi kado tercantik,
terindah, terbaik, terbagus, selamanya. Sampai tak ada lagi yang membuatku
harus melirik kado-kado diluar yang terkadang hanya bagus dan cantik
bungkusnya.
Dan kamu tahu dik, kamulah kado tercantik itu ... (Bayu Gautama)
Publikasi: 21/02/2003
08:53 WIB
eramuslim - Disini saya akan bersaya dan
kamu. Saya juga bingung mau menulis apa, Lebih baik saya bercerita dulu. Pernah
suatu saat, ada di saat saya begitu sangat membutuhkan pertolongan Allah. Yaitu
ketika saya baru sembuh dari sakit (operasi). Saya mulai masuk kerja lagi
setelah hampir sebulan saya berlibur di rumah sakit dan di rumah.
Dari sakit itu saya sadar bahwa sehat itu adalah nikmat Allah yang
besar yang diberikan ke hamba-Nya. Saya pernah merasakan tidak bisa berjalan,
memakai 2 buah Kruk di tangan kanan dan kiri saya, kemudian berangsur-angsur
saya hanya memakai satu buah kruk, kemudian akhirnya saya bisa melepas kruk
saya dan kembali bekerja, walaupun belum terlalu sembuh benar. Saya masih
sering jalan terpincang-pincang karena rasa nyeri itu masih ada.
Pada saat itulah dimana saya menahan rasa nyeri itu, pekerjaan
menumpuk ada gangguan-gangguan luar lain yang sebetulnya lebih mengganggu saya
dari dua hal pertama yang disebutkan tadi. Kamu mau tahu apa?....,
Jawabannya simple dan sederhana, Ada beberapa teman lelaki yang mendekati
saya. Kamu pasti bingung... kok begitu saja pusing?, tapi hal itu membuat saya
pusing. Saya tidak tahu maksud mereka apa, Saya tau dari cara mereka, mereka
suka pada saya, tapi saya ingin sesuatu yang serius dan jelas. Karena saya
bukan tipe orang yang senang didekati kalau maksudnya tidak jelas. Saya bukan
orang yang senang di miss call sampai 3 kali ketika makan siang, di kirim sms
yang sengaja di panjang-panjangkan topiknya, yang di telpon tiap hari sekedar
untuk curhat, yang dikirimi email tentang cinta tapi saya tidak tau cintanya
untuk siapa. Said I miss U in Offline Message. Hal-hal itu semua yang membuat
saya pusing.
Hingga suatu saat di puncak rasa kesal dan gundah saya, ketika itu
Jum'at pulang dari bekerja lelah, kaki sakit, dan hati yang tidak menentu.
Selesai Sholat saya berdo'a. Do'anya sederhana, kalau tidak salah begini
"Ya Allah, dinda dicariin sama yang mau sama dinda aja deh Ya Allah".
Do'anya lucu ya?... berkesan agak tidak serius, tapi itu benar benar dipuncak
rasa lelah saya menghadapi masalah itu. Kemudian saya tidur untuk menghilangkan
kesal dan gundah saya. Masih terlalu sore sebenarnya untuk tidur, sekitar jam
setengah 8 malam.
Sekitar jam 9 malam telepon rumah berdering, Mama memanggil saya,
ternyata itu telpon buat saya. Ternyata ini dari adik tingkat saya, seorang
muslimah yang sudah lama tidak bertemu. Saya bingung ada apa tiba-tiba dia
menelpon saya. Ternyata ada pada titik klimaks dia bilang "Kak Dinda...
ini ada amanah... ada yang ngajakin Ta'aruf". ... Deg saya hampir tidak
percaya begitu cepat do'a saya terkabul. Do'a yang seperti main-main...
Akhirnya dalam waktu 2 minggu Allah seperti memberikan kesempatan
saya untuk memilih... saya mendapat beberapa tawaran yang serius -tawaran
pertama, ketika malam saya berdo'a- tawaran ke dua dari temannya teman kantor
saya- tawaran ke tiga dari seorang guru ngaji pria. Saya lalui hari-hari saya
dengan berfikir dan memutuskan. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak menerima
mereka. Sebetulnya saya ingin sekali menerima mereka, tetapi ada beberapa hal
yang menghalangi.
Dari sang pria masih bekerja di Bank, perbedaan prinsip, papa saya
yang kurang setuju (biasanya papa saya yang ikut membaca setiap biodata yang
masuk, karena papa adalah wali saya, siapa yang menikah dengan saya, berarti
akan jadi anak papa juga). pendek kata ada hal-hal yang mengalangi saya untuk
terus melangkah.
Masih dalam satu periode itu tak beberapa lama saya di telpon oleh
Adi teman kamu dan juga teman saya. Bahwa ada seorang temannya (kamu) yang
mencari muslimah untuk pendamping. Saya begitu banyak dapat tawaran, sampai
saya tak habis fikir, Allah seperti memberikan saya satu term atau batch untuk
penyeleksian.
Akhirnya setelah konsultasi dengan papa tentang masalah penyeleksian
terhadap calon anaknya. Saya memutuskan untuk berani berta'aruf dengan kamu.
Kamu adalah yang terakhir di dalam urutan batch tersebut.
Kalaupun di akhir cerita ternyata berhasil. Alhamdulillah, puji
syukur kepada Allah Rabb pemilik Alam semesta. Kalaupun gagal, saya yakin pasti
ada batch selanjutnya. Karena Allah itu baik, Tiada Tuhan selain Dia, Maha Suci
Allah Tempat berdo'a dan menggantungkan harapan. Tidak akan pernah mengecewakan
orang-orang yang berdo'a dan yakin. Dan Dialah yang membuat sesuatu indah pada
waktunya :) .
Wassalaam
(Untuk mengingatkan kita, bahwa hidup ini adalah kumpulan-kumpulan pilihan, kita memilih Rabb kita menetapkan)
(Untuk mengingatkan kita, bahwa hidup ini adalah kumpulan-kumpulan pilihan, kita memilih Rabb kita menetapkan)