Selasa, 03 April 2012

Kado Tercantik (Sepenggal Cerita Sebelum Saat Itu)



Publikasi: 18/03/2003 09:24 WIB
eramuslim - Tak pernah kulihat sebelumnya, kado secantik ini. Entah dari mana datangnya, aku tak peduli, karena yang pasti kado itu akan menjadi milikku. Sungguh aku tak bisa bercerita kepada Anda perasaan yang menderu saat pertama kali ditawari untuk menerima kado tersebut. Seseorang dengan ikhlas sepenuh hati akan menyerahkannya kepadaku, hari ini.
Melihat bungkusnya yang indah berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil merah jambu, tak salah penilaianku, kado itu memang teramat cantik. Yang kutahu, tidak hanya hari ini ianya berbungkus seindah itu, setiap hari, setiap waktu, selalu terbungkus rapih. Isinya? Jangan pernah tanyakan kepadaku, karena aku, juga orang lain tak pernah tahu apa dan bagaimana rupa isinya. Jangankan tersentuh, terlihat pun tak. Terutama oleh orang-orang yang memang terlarang untuk melihatnya. Seistimewa apakah kado itu? Sehingga tak seorangpun pernah melihat kado cantik ini? Dan seistimewa apa diriku ini sehingga seseorang berkenan mempercayakannya kepadaku?
Terbayang dari bungkusnya, yang setiap saat selalu terlihat rapi dan terjaga dengan baik, yang tak tersentuh kecuali oleh yang berhak menyentuhnya, aku yakin, isi dan rupa didalamnya, jauh lebih indah dari cantik bungkusnya. Kumengerti, kalaulah kado itu mampu sedemikian cantiknya terjaga kulit luarnya, bagaimana lagi aku meragukannya tak senantiasa diperindah rupa dalamnya, juga inti terdalam dari semua isinya, yang sejujurnya, adalah hal terpenting dari semua kecantikan sesuatu. Maaf, aku tak bisa mengajak Anda ikut membayangkan indah rupa isinya, dan kalaupun aku tahu Anda mencoba melakukannya, sebaiknya Anda berhadapan denganku. Kado tercantik itu milikku, akan kujaga ia dan takkan kubiarkan orang lain ikut menikmatinya, meskipun sekedar membayangkan.
Ingin sekali kucari pita pembuka kado yang biasanya berwarna merah, agar segera kusingkap isinya. Tapi satu hal mengganjalku, masih tersisa beberapa saat agar aku benar-benar mendapatkan izin untuk membukanya. Bahkan, lebih dari itu (sensor by redaksi). Harus kutunggu pemiliknya, yang menjaganya, dan merawatnya selama ini benar-benar menyerahkannya kepadaku dalam satu upacara sakral. Kenapa sedemikian sakral? Sesuatu yang cantik nan suci harus diserahkan dalam koridor keagungan yang juga suci, itu jawabnya. Tak apalah, sebagai satu jalan untuk tetap mensucikan diriku, juga kado cantik itu, wajib kujalani upacara sakral itu.
Aku berjanji, setelah kuterima dalam kharibaanku kado tersebut, akan kujaga, kurawat, kuperlakukan ianya agar tetap menjadi kado tercantik, terindah, terbaik, terbagus, selamanya. Sampai tak ada lagi yang membuatku harus melirik kado-kado diluar yang terkadang hanya bagus dan cantik bungkusnya.
Dan kamu tahu dik, kamulah kado tercantik itu ... (Bayu Gautama)








Surat Yang Tak Pernah Terkirim
Publikasi: 21/02/2003 08:53 WIB
eramuslim - Disini saya akan bersaya dan kamu. Saya juga bingung mau menulis apa, Lebih baik saya bercerita dulu. Pernah suatu saat, ada di saat saya begitu sangat membutuhkan pertolongan Allah. Yaitu ketika saya baru sembuh dari sakit (operasi). Saya mulai masuk kerja lagi setelah hampir sebulan saya berlibur di rumah sakit dan di rumah.
Dari sakit itu saya sadar bahwa sehat itu adalah nikmat Allah yang besar yang diberikan ke hamba-Nya. Saya pernah merasakan tidak bisa berjalan, memakai 2 buah Kruk di tangan kanan dan kiri saya, kemudian berangsur-angsur saya hanya memakai satu buah kruk, kemudian akhirnya saya bisa melepas kruk saya dan kembali bekerja, walaupun belum terlalu sembuh benar. Saya masih sering jalan terpincang-pincang karena rasa nyeri itu masih ada.
Pada saat itulah dimana saya menahan rasa nyeri itu, pekerjaan menumpuk ada gangguan-gangguan luar lain yang sebetulnya lebih mengganggu saya dari dua hal pertama yang disebutkan tadi. Kamu mau tahu apa?....,
Jawabannya simple dan sederhana, Ada beberapa teman lelaki yang mendekati saya. Kamu pasti bingung... kok begitu saja pusing?, tapi hal itu membuat saya pusing. Saya tidak tahu maksud mereka apa, Saya tau dari cara mereka, mereka suka pada saya, tapi saya ingin sesuatu yang serius dan jelas. Karena saya bukan tipe orang yang senang didekati kalau maksudnya tidak jelas. Saya bukan orang yang senang di miss call sampai 3 kali ketika makan siang, di kirim sms yang sengaja di panjang-panjangkan topiknya, yang di telpon tiap hari sekedar untuk curhat, yang dikirimi email tentang cinta tapi saya tidak tau cintanya untuk siapa. Said I miss U in Offline Message. Hal-hal itu semua yang membuat saya pusing.
Hingga suatu saat di puncak rasa kesal dan gundah saya, ketika itu Jum'at pulang dari bekerja lelah, kaki sakit, dan hati yang tidak menentu. Selesai Sholat saya berdo'a. Do'anya sederhana, kalau tidak salah begini "Ya Allah, dinda dicariin sama yang mau sama dinda aja deh Ya Allah". Do'anya lucu ya?... berkesan agak tidak serius, tapi itu benar benar dipuncak rasa lelah saya menghadapi masalah itu. Kemudian saya tidur untuk menghilangkan kesal dan gundah saya. Masih terlalu sore sebenarnya untuk tidur, sekitar jam setengah 8 malam.
Sekitar jam 9 malam telepon rumah berdering, Mama memanggil saya, ternyata itu telpon buat saya. Ternyata ini dari adik tingkat saya, seorang muslimah yang sudah lama tidak bertemu. Saya bingung ada apa tiba-tiba dia menelpon saya. Ternyata ada pada titik klimaks dia bilang "Kak Dinda... ini ada amanah... ada yang ngajakin Ta'aruf". ... Deg saya hampir tidak percaya begitu cepat do'a saya terkabul. Do'a yang seperti main-main...
Akhirnya dalam waktu 2 minggu Allah seperti memberikan kesempatan saya untuk memilih... saya mendapat beberapa tawaran yang serius -tawaran pertama, ketika malam saya berdo'a- tawaran ke dua dari temannya teman kantor saya- tawaran ke tiga dari seorang guru ngaji pria. Saya lalui hari-hari saya dengan berfikir dan memutuskan. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak menerima mereka. Sebetulnya saya ingin sekali menerima mereka, tetapi ada beberapa hal yang menghalangi.
Dari sang pria masih bekerja di Bank, perbedaan prinsip, papa saya yang kurang setuju (biasanya papa saya yang ikut membaca setiap biodata yang masuk, karena papa adalah wali saya, siapa yang menikah dengan saya, berarti akan jadi anak papa juga). pendek kata ada hal-hal yang mengalangi saya untuk terus melangkah.
Masih dalam satu periode itu tak beberapa lama saya di telpon oleh Adi teman kamu dan juga teman saya. Bahwa ada seorang temannya (kamu) yang mencari muslimah untuk pendamping. Saya begitu banyak dapat tawaran, sampai saya tak habis fikir, Allah seperti memberikan saya satu term atau batch untuk penyeleksian.
Akhirnya setelah konsultasi dengan papa tentang masalah penyeleksian terhadap calon anaknya. Saya memutuskan untuk berani berta'aruf dengan kamu. Kamu adalah yang terakhir di dalam urutan batch tersebut.
Kalaupun di akhir cerita ternyata berhasil. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Rabb pemilik Alam semesta. Kalaupun gagal, saya yakin pasti ada batch selanjutnya. Karena Allah itu baik, Tiada Tuhan selain Dia, Maha Suci Allah Tempat berdo'a dan menggantungkan harapan. Tidak akan pernah mengecewakan orang-orang yang berdo'a dan yakin. Dan Dialah yang membuat sesuatu indah pada waktunya :) .
Wassalaam
(Untuk mengingatkan kita, bahwa hidup ini adalah kumpulan-kumpulan pilihan, kita memilih Rabb kita menetapkan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar