Publikasi:
27/12/2001 14:22 WIB
eramuslim - Empat belas abad yang lalu, Islam telah meletakkan hukum yang
jelas dan sahih. Wanita diletakkan sebagai kaum yang mulia dan dihormati.
Setinggi apapun kemuliaan seorang lelaki, pasti ada kemuliaan yang serupa untuk
kaum wanita.
Wanita tidak
diciptakan sebagai "alas kaki" kaum lelaki, malah wanita menduduki
tangga teratas sebagai individu yang paling dihormati dalam sesebuah keluarga
Islam.
Wanita
diciptakan dari tulang rusuk yang pada hakikatnya merupakan perlambang sifat
keras hati yang dimiliki sebagai sifat dasar seorang wanita. Karena wanita
dijadikan sebagai kaum yang lemah dari aspek fisik, mereka hanya mampu
menggunakan kekuatan spiritual ini untuk mengimbangi kekuatan lahiriah kaum
hawa. Anugerah dasar ini melengkapi apa yang tidak mereka miliki.
Tulang rusuk
yang awalnya bengkok merupakan gambaran sifat fisik dan mental yang cukup
istimewa meskipun pada dasarnya, ia merupakan sifat dasar yang tidak seimbang.
Meluruskannya menjadi tanggung jawab yang cukup berat untuk dipikul kaum
lelaki. Lantaran keupayaan kaum lelaki sebagai khalifah di bumi Allah, maka
kaum lelaki juga diberikan tanggungjawab sebagai pembimbing kepada kaum hawa
ini.
Keistimewaan
seorang wanita berawal dari masa anak-anak. Sejak kehidupan seorang wanita, dia
dilahirkan dan sewajarnya di asuh dengan segala kelembutan -yang membedakannya
dengan anak-anak lelaki.
Memasuki usia
gadis, seorang wanita mulai dibekali dengan sifat dasar yang kian lengkap. Kaum
hawa pada peringkat ini mulai mengalami perubahan sifat menjadi lebih sensitif,
keras hati dan mungkin agak pemalu. Sifat-sifat ini membentuk kepribadian yang
tidak seimbang. Lantaran itulah kaum wanita dikatakan sebagai lebih cepat
matang dibanding kaum lelaki akibat perubahan mental, fisik dan spiritual yang
dialaminya.
Namun
kematangannya itu lebih dipengaruhi oleh pembentukan emosi yang senantiasa
memerlukan bimbingan.
Dunia wanita sebagai seorang istri dari perspektif Islam juga meletakkannya sebagai individu di sebelah suaminya. Sebagai istri, wanita diletakkan pada kedudukan tertinggi kedua setelah suami, tetapi tidak berarti dia tidak perlu dihormati oleh suaminya.
Dunia wanita sebagai seorang istri dari perspektif Islam juga meletakkannya sebagai individu di sebelah suaminya. Sebagai istri, wanita diletakkan pada kedudukan tertinggi kedua setelah suami, tetapi tidak berarti dia tidak perlu dihormati oleh suaminya.
Lebih lanjut,
wanita sebagai seorang ibu diangkat derajatnya lebih tinggi daripada seorang
bapak. Seperti diriwayatkan di dalam hadist, "syurga itu di bawah telapak
kaki ibu" (riwayat Bukhari). Derajat seorang ibu itu mampu mengatasi
segalanya selama dia tetap menjaga kedekatannya dengan Allah dan agamanya. Hal
ini karena peranan dan tanggungjawab seorang ibu untuk mendidik anak-anaknya
itu jauh lebih berat daripada tanggungjawab seorang suami dalam mendidik
istrinya.
Ibu merupakan
penentu terbesar dalam pembinaan akhlaq dan citra diri seorang anak. Dialah
yang bertanggungjawab mendidik dan membesarkan anaknya. Meskipun ada bantuan
dari pihak suami, tetapi peranan dan tanggungjawab suami sebagai pembina
keluarga, mencari nafkah dan sebagainya memberikan implikasi bahwa, sebagian
besar tanggungjawab pembentukan diri anak-anak tertumpu di bahu si ibu.
Wanita sering
dikaitkan dengan daya sensitifnya yang sering dikatakan sebagai sesuatu yang
berlebihan. Namun disadari atau tidak, sensitifitas milik kaum hawa inilah yang
membuatnya mampu melaksanakan tugas dan peranannya sebagai seorang gadis,
isteri dan ibu yang sempurna. Tanpa sensitifitas ini, mereka tidak akan peka
pada setiap kehendak dan keperluan dalam kehidupan. Dan sensitifitas ini
merupakan satu keistimewaan yang cukup berarti, karena dengannya, wanita mampu
melahirkan cinta dan kasih sayang, baik sebagai istri kepada suaminya maupun
seorang ibu kepada anak-anaknya.
Wanita dilihat
dari kaca mata Islam adalah sosok sempurnanya penciptaan manusia. Dia dicipta
untuk melahirkan, menyabung nyawa demi memelihara anak. Islam menobatkan kaum
wanita pada kedudukan yang tinggi tanpa sedikitpun penghinaan, meletakkannya
sebagai bidadari syurga atas segala keistimewaan miliknya selama ia pelihara.
Oleh karena itu,
bagi kaum wanita, bersyukurlah karena anda dilahirkan sebagai kaum yang cukup
istimewa. Mampu menghadapi saratnya tanggungjawab meskipun dikategorikan
sebagai kaum yang lemah. Anda memiliki "kekuatan" yang tak
tertandingi oleh kaum lelaki yang seharusnya anda hormati. Namun kelebihan ini
bukanlah alasan untuk bertepuk dada.
Setinggi apapun
derajat kaum hawa diangkat, sehebat apapun seorang wanita sebagai seorang
individu, dan sebesar apapun kesuksesan yang diraihnya, tetap memerlukan lelaki
sebagai pelindungnya. Dan Maha Besar, Maha Suci Allah yang menciptakan lelaki
dan wanita, perpaduan kekuatan dan kelemahan yang saling memerlukan, saling
melengkapi dalam kehidupan.
Kaum hawa
dicipta dari rusuk Adam, bukan dari kepalanya untuk dijadikan atasnya, bukan
dari kakinya untuk dijadikan alasnya, melainkan dari sisinya, untuk dijadikan
teman hidupnya, dekat pada lengannya untuk dilindungi dan dekat pada hatinya
untuk dicintai..... (bay/sumber: melayu.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar